Habis Gelap Terbitlah Terang
Sinar rembulan terpancar di kegelapan. Angin berhembus memupuk harapan. Gemuruh riuh tulisan itu berkata,
"Habis gelap terbitlah terang."
Kalau membaca atau mendengar kalimat itu, langsung teringat sama pahlawan siapa? Yap benar banget, R.A Kartini. Siapa, sih yang nggak tahu pahlawan nasional yang satu ini? Kartini adalah sosok wanita hebat yang memperjuangkan hak perempuan Indonesia memiliki kebebasan menuntut ilmu dan memiliki kesetaraan dengan laki-laki.
Ibu Kartini adalah sosok wanita Pribumi yang cerdas dan tangguh. Ia adalah seorang bangsawan Pribumi. Karna ia seorang bangsawan, ia diperbolehkan untuk menerima pengajaran. Sejak kecil ia sangat suka membaca buku dan menulis surat bersama temannya yang ada di Belanda. Dari sini dia mulai tertarik dengan sudut pandang wanita Eropa yang ia baca di beberapa buku majalah.
Di masa penjajahan wanita tidak diperbolehkan untuk menuntut ilmu. Karna wanita dianggap hanya bertugas di rumah tangga, maka dari itu wanita tidak diperbolehkan untuk sekolah sebagaimana layaknya laki-laki bersekolah.
Sejarah R.A. Kartini dalam menempuh pendidikan bisa dibilang istimewa dan berliku. Sebab ia merupakan anak Pribumi yang diizinkan mengikuti pendidikan di Europesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa.
ELS merupakan sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak Bangsa Eropa dan Belanda Indonesia. R.A. Kartini bisa mendapat kesempatan masuk ELS dikarenakan ia adalah anak dari pejabat tinggi pemerintah.
Namun sayang, R.A. Kartini yang saat itu ingin melanjutkan pendidikan ke HBS Semarang justru ditentang ayahnya. R.A. Kartini dipaksa untuk menjadi putri bangsawan sejati dengan mengikuti adat istiadat yang berlaku dan ia banyak menghabiskan waktu di rumahnya atau masa dipingit (pingitan).
Sejak lulus dari ELS ia tidak melanjutkan pendidikan. Kehidupan R.A. Kartini dinilai sangat tertutup karena ia merasa dirinya dikurung dan dibatasi pergaulannya. Padahal saat itu usianya masih sangat belia yaitu 13 tahun, usia yang sangat produktif untuk belajar banyak hal dari dunia luar.
Dalam masa pingitan, kehadiran sahabatnya yang selalu menemaninya yaitu Letsy Detmar bisa menjadi pelipur lara karena R.A. Kartini banyak diceritakan tentang dunia luar olehnya. Sehari-hari dalam masa pingitan, R.A. Kartini terus tekun belajar dan membaca. Namun dirinya merasa sia-sia jika belajar tanpa adanya guru.
Kartini suka membaca banyak buku, surat kabar, dan majalah Eropa. Seperti istilah buku adalah jendela dunia, Kartini jadi tahu cara berpikir perempuan Eropa yang lebih maju dan bebas dibandingkan perempuan pribumi kala itu. Dari banyaknya buku, surat kabar, dan majalah yang ia baca, membuatnya berpikir untuk memajukan perempuan Pribumi. Karena di masa itu, perempuan pribumi tertinggal jauh dan memiliki status atau stratifikasi sosial yang rendah. Ia menuliskan hal-hal yang terkait dengan emansipasi perempuan. Kartini menuliskan penderitaan perempuan Jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntut ilmu, dan adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan. Menurutnya, perempuan pribumi harus mendapatkan kesetaraan, persamaan, dan kebebasan.
Di tahun 1903 di saat R.A Kartini berumur sekitaran 24 tahun, dia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang disebut seorang bangsawan dan bupati di Rembang yang sudah mempunyai 3 orang istri. Walau demikian, suami R.A Kartini ykni K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pahami apa sebagai kemauan istrinya itu.
Hingga selanjutnya ia diberikan kebebasan untuk membangun sekolah wanita pertama. Harapan mulia R.A Kartini ingin menyaksikan wanita pribumi bisa menuntut pengetahuan dan belajar kini sudah terwujud. Sekolah wanita tersebut berdiri di samping kantor pemerintah Kabupaten Rembang. Berdirinya sekolah itu menjadikan awal dari kesuksesan R.A Kartini dalam mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam menuntut ilmu. Sekolah itu saat ini dikenali sebagai Gedung Pramuka.
Atas perjuangan R.A Kartini tentunya kita harus menghormati jasa-jasa beliau, karena dengan kehebatan dan keberanian beliau, kita bisa menuntut ilmu dengan kesetaraan antara laki laki dan perempuan tanpa membandingkan satu sama lain.
Atas blog saya ini, saya ucapkan selamat hari Pahlawan untuk semua Pahlawan yang pernah berjuang untuk Indonesia. Dan untuk kita semua, semoga bisa menjadi penerus bangsa yang penuh semangat dan berbakti pada Negara.
Komentar
Posting Komentar